Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan Indonesia (IATPI) menyelenggarakan workshop bertajuk “Kebutuhan Pengembangan Profesi Teknik Lingkungan melalui Sertifikasi Kompetensi: Bidang Pengembangan Sistem Sanitasi” pada 13 Juni 2025 di Ruang Cendrawasih. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Indonesia Water and Wastewater Expo and Forum (IWWEF) 2025, yang bertujuan mendukung penguatan kapasitas sumber daya manusia di bidang teknik lingkungan, khususnya pada sektor sanitasi.
Workshop dibuka oleh Tri Joko selaku Direktur Pengembangan Profesi Berkelanjutan dan Pembinaan Anggota IATPI. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa seiring dengan berkembangnya regulasi, IATPI memiliki tanggung jawab untuk melakukan pembinaan terhadap anggotanya, khususnya melalui program sertifikasi.
“IATPI telah mendapatkan pengakuan akreditasi dari LPJK sejak tahun 2024 dalam kategori umum, sehingga kami dapat menyelenggarakan skema sertifikasi dalam klasifikasi tata lingkungan konstruksi. Pada 23 Mei lalu, kami resmi memperoleh lisensi dan akan segera menjalani proses witness. Setelah proses tersebut, dalam waktu satu minggu, kami siap beroperasi penuh, khususnya dalam kelompok bidang sanitasi dan air minum,” jelasnya.
Ia juga berharap diskusi yang berlangsung dalam workshop ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pelaksanaan sertifikasi di bidang tata lingkungan konstruksi.
Narasumber pertama, Serindit Indraswari selaku Ketua Divisi Pendidikan dan Pelatihan IATPI, memaparkan pentingnya pengembangan keprofesian berkelanjutan dalam mendukung pencapaian target nasional sanitasi. Ia menyebutkan bahwa saat ini akses sanitasi layak di Indonesia baru mencapai 82,36%, dan akses sanitasi aman baru sebesar 10,21%, sementara target RPJMN 2025–2029 adalah 30% untuk akses sanitasi aman.
“Pembangunan sektor sanitasi harus dilakukan melalui rantai layanan yang aman, berkelanjutan, inklusif, dan sesuai dengan karakteristik wilayah. Strategi peningkatan akses sanitasi aman melibatkan aspek teknis, regulasi, pembiayaan, partisipasi masyarakat, serta aspek kelembagaan, termasuk penguatan SDM melalui pelatihan dan sertifikasi,” ujar Serindit. Ia juga menegaskan bahwa tugas para profesional adalah menerjemahkan strategi tersebut ke dalam aksi nyata yang relevan dengan peran masing-masing.
Selain itu, Bu Serindit turut memaparkan program utama IATPI sepanjang 2025, seperti pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB), proses akreditasi oleh KAN, hingga kerja sama dengan Tempat Uji Kompetensi (TUK).
Sesi berikutnya diisi oleh Edy Wahyudi selaku Manajer Sertifikasi LSP Teknik Lingkungan IATPI. Beliau menyampaikan struktur skema sertifikasi keahlian, termasuk jenjang dan unit kompetensi, serta proses pengajuan sertifikasi kompetensi kerja. Ia juga menekankan hal-hal penting yang harus diperhatikan oleh pemohon dalam tahapan awal pengajuan sertifikasi.
Sesi diskusi berlangsung interaktif dengan partisipasi aktif dari para peserta, mencerminkan tingginya antusiasme dan kebutuhan akan penguatan kapasitas profesional di sektor sanitasi.
Melalui kegiatan ini, IATPI menegaskan komitmennya dalam mendukung peningkatan kualitas SDM teknik lingkungan sebagai bagian dari upaya akselerasi pencapaian akses sanitasi aman di Indonesia.