Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia (IATPI) menyelenggarakan Webinar Series Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dengan topik “Good Practise Penyelenggaraan KPBU Sistem Penyediaan Air Minum di Semarang Barat”. Kegiatan yang berlangsung secara daring melalui Zoom Meeting pada 2 Agustus 2025 ini menjadi forum diskusi mendalam mengenai tantangan dan strategi penyediaan air minum aman melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).
Ketua Umum IATPI Endra S. Atmawidjaja, dalam sambutannya menekankan pentingnya perubahan paradigma dari pendekatan supply-driven menuju governance-driven. “Kita tidak lagi sekadar membangun infrastruktur, tetapi juga bagaimana mengelolanya secara berkelanjutan agar dapat memberikan layanan berkualitas, memperluas cakupan pelayanan, dan mewujudkan indikator kinerja yang lebih baik,” ujarnya. Ia juga mendorong penguatan kelembagaan melalui model perseroda dan menegaskan bahwa tantangan besar saat ini adalah menggeser layanan dari air minum layak menjadi air minum aman.
Narasumber pertama, Meike Kencanawulan Martawidjaja dari Kementerian PU, menyampaikan bahwa dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), ditargetkan 51,36% rumah tangga perkotaan memiliki akses terhadap air siap minum perpipaan pada tahun 2029. Adapun target jangka panjang pada 2045 adalah 100% akses terhadap air minum aman. Ia juga menyampaikan manfaat KPBU, antara lain meringankan beban fiskal pemerintah, meningkatkan efisiensi pembangunan infrastruktur, serta memperkuat transparansi dan akuntabilitas.
E. Yudi Indardo dari Perumda Air Minum Tirta Moedal Kota Semarang berbagi pengalaman mengenai proyek KPBU SPAM Semarang Barat yang telah dimulai sejak 2012. Menurutnya, kunci keberhasilan proyek ini meliputi dukungan penuh dari Wali Kota Semarang, kolaborasi lintas instansi, serta dukungan dari berbagai pihak, termasuk dukungan KPPIP dan PT SMI dalam menyusun dokumen OBC dan FBC sesuai standar internasional. Ia juga menekankan pentingnya penunjukan penanggung jawab proyek (PIC) dan pelaksanaan monitoring secara berkala untuk menjamin keberlanjutan proyek.
Sementara itu, Ahmad Syafid dari PT Moya Indonesia menyampaikan pandangan dari perspektif investor. Menurutnya, terdapat empat hal utama yang perlu dipersiapkan sebelum bekerja sama dengan PDAM, yaitu: pengembangan sistem SPAM yang terintegrasi dari hulu ke hilir, kesiapan proyek secara menyeluruh, pendanaan yang inovatif, serta komitmen dari seluruh pihak terkait. Ia juga menambahkan bahwa adanya fleksibilitas menjadi faktor kunci keberhasilan KPBU, termasuk adanya komitmen yang kuat dan komunikasi yang efektif antara seluruh pemangku kepentingan.
Webinar ini menjadi wadah penting bagi para pemangku kepentingan untuk saling berbagi pembelajaran dan memperkuat tata kelola penyediaan air minum melalui skema KPBU yang berkelanjutan.